Kisah nyata ini terjadi di Jawa Tengah. Hari itu, seorang lelaki tengah
mengengkol vespanya. Tapi tak
kunjung bunyi. “Jangan-jangan bensinnya
habis,” pikirnya. Ia pun kemudian memiringkan vespanya. Alhamdulillah...
vespa itu bisa distarter.
“Bensin hampir habis. Langsung ke pengajian atau beli bensin dulu ya?
Kalau beli bensin kudu muter ke belakang, padahal pengajiannya di depan
sana,” demikian kira-kira kata hati lelaki itu. Ke mana arah vespanya?
Ia arahkan ke pengajian. “Habis ngaji baru beli bensin.”
“Ma naqashat maalu ‘abdin min shadaqah, bal yazdad, bal yazdad, bal yazdad.
Tidak akan berkurang harta karena sedekah, bahkan ia akan bertambah,
bahkan ia bertambah, bahkan ia bertambah,” kata Sang Kyai di pengajian
itu, yang ternyata membahas sedekah.
Setelah menerangkan tentang keutamaan sedekah, Sang Kyai mengajak
hadirin untuk bersedekah. Lelaki yang membawa vespa itu ingin bersedekah
juga, tetapi uangnya tinggal seribu rupiah. Uan g segitu, di zaman itu,
hanya cukup untuk membeli bensin setengah liter.
Syetan mulai membisikkan ketakutan kepada lelaki itu, “Itu uang buat
beli bensin. Kalo kamu pakai sedekah, kamu tidak bisa beli bensin.
Motormu mogok, kamu mendorong. Malu. Capek.”
Sempat ragu sesaat, namun lelaki itu kemudian menyempurnakan niatnya.
“Uang ini sudah terlanjur tercabut, masa dimasukkan lagi? Kalaupun harus
mendorong motor, tidak masalah!”
Pengajian selesai. Lelaki itu pun pulang. Di tengah jalan, sekitar 200
meter dari tempat pengajian vespanya berhenti. Bensin benar-benar habis.
“Nah, benar kan. Kalo kamu tadi tidak sedekah, kamu bisa beli bensin dan
tidak perlu mendorong motor,” syetan kembali menggoda, kali ini supaya
pelaku sedekah menyesali perbuatannya.
Tapi subhanallah, orang ini hebat. “Mungkin emang sudah waktunya
ndorong.” Meski demikian, matanya berkaca-kaca, “Enggak enak jadi orang
susah, baru sedekah seribu saja sudah dorong motor.”
Baru sepuluh langkah ia mendorong motor, tiba-tiba sebuah mobil kijang
berhenti setelah mendahuluinya. Kijang itu kemudian mundur.
“Kenapa, Mas, motornya didorong?” tanya pengemudi Kijang, yang ternyata teman lamanya.
“Bensinnya habis,” jawab lelaki itu.
“Yo wis, minggir saja. Vespanya diparkir. Ayo ikut aku, kita beli bensin.”
Sesampainya di pom bensin, temannya membeli air minum botol. Setelah
airnya diminum, botolnya diisi bensin. Satu liter. Subhanallah, sedekah
lelaki itu kini dikembalikan Allah dua kali lipat.
“Kamu beruntung ya” kata sang teman kepada lelaki itu, begitu keduanya kembali naik Kijang.
“Untung apaan?”
“Kita menikah di tahun yang sama, tapi sampeyan sudah punya 3 anak, saya belum”
“Saya pikir situ yang untung. Situ punya Kijang, saya Cuma punya vespa”
“Hmm.. mau, anak ditukar Kijang?”
Mereka kan ngobrol banyak, tentang kesusahan masing-masing. Rupanya,
sang teman lama itu simpati dengan kondisi si pemilik vespa.
Begitu sampai... “Mas, saya enggak turun ya,” kata pemiliki Kijang. Lalu ia menerogoh kantongnya mengeluarkan sebuah amplop.
“Mas, titip ya, bilang ke istrimu, doakan kami supaya punya anak seperti
sampeyan. Jangan dilihat di sini isinya, saya juga belum tahu isinya
berapa,” bonus dari perusahaan itu memang belum dibukanya.
Sesampainya di rumah. Betapa terkejutnya lelaki pemilik Vespa itu.
Amplop pemberian temannya itu isinya satu juta rupiah. Seribu kali lipat
dari sedekah yang baru saja dikeluarkannya.
Sungguh benar firman Allah, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 261).
[Kisah Nyata Keajaiban Sedekah ini disarikan dari Buku “Kun Fayakun 2” karya Ust. Yusuf Mansur]
sumber : bersamadakwah