Hal yang Tidak Boleh Anda Ucapkan Kepada Atasan

Sebisa mungkin, hindarilah membicarakan tentang topik ini dengan atasan Anda:

"Bisnis sampingan"
Tidak ada yang salah dengan memiliki hobi. Apalagi jika hobi itu memberi Anda keuntungan. Yang tidak baik adalah menjual jasa Anda kepada manajer dan rekan-rekannya. Contoh kasus: Seorang wanita bekas rekan kerja saya mendapat umpan balik negatif mengenai kinerjanya. Gosip mengatakan, manajemen sudah tidak tahan dengan kelakuannya di tempat kerja, yang kurang konsentrasi saat rapat. Dia juga sering mengulang-ulang kesalahan.

Suatu hari, di tengah makan malam resmi, seorang manajer mengumumkan rencana pernikahannya. Di luar dugaan, si wanita ini langsung menawarkan jasa penyelenggara pernikahan — yang merupakan bisnis sampingannya selama ini. Ketika dia bertanya padaku, mengapa para manajer terlihat kikuk setelah dia menawarkan jasanya, aku hanya membatin, “Ya iyalah. Kamu dibayar Rp50 juta setahun tetapi bekerja asal-asalan karena malah mementingkan bisnis sampingan.” 

"Kelelahan karena bersiap-siap untuk pekerjaan baru"

Datang ke kantor dengan wajah lesu karena habis lembur? Keren. Bahkan bisa bikin mudah naik jabatan. Tetapi kalau datang ke kantor berwajah layu gara-gara belajar hingga tengah malam, untuk persiapan pindah kerja? Tidak keren.

Cerita nyata: Ada kolega yang datang ke rapat pagi lalu menguap. Bos kami pun bertanya, apakah dia mengantuk karena pulang kencan terlalu malam? “Inginnya sih begitu. Tapi saya belajar hingga larut malam untuk persiapan sertifikat mengajar,” jawab dia. Sudah berulang kali memang dia menyampaikan rencananya untuk keluar dari pekerjaan yang sekarang.

"Mengungkap penyakit secara rinci" 
Jika Anda mau tidak masuk kantor karena sakit, silakan. Mau bercerita sakitnya ringan atau berat? Silakan juga. Tetapi apa pun yang terjadi, tidak perlu bercerita secara detail mengenai penyakit Anda, apalagi bila itu akan menimbulkan dampak yang tidak sedap. Beberapa tahun lalu, seorang anak magang di kantor kami mengirim email kepada bos mengenai infeksi yang dideritanya, ehm, di selangkangan. Saya tidak akan pernah lupa ekspresi jijik bos saya saat membaca email.

"Kesalahan yang Anda lakukan"

Suatu ketika saat jam istirahat, kami berbagi cerita mengenai kejadian lucu di kantor, memalukan dan khusus dewasa sampai akhirnya ada satu cerita yang membuat semua orang terdiam. Tidak masalah jika Anda sekadar bercerita tidak sengaja merusak mesin fotokopi, tetapi, lain halnya jika merusak hubungan dengan klien.

Salah satu rekan saya sedang memegang minuman yang hampir tumpah, ketika dia tertawa terbahak-bahak mengenang masa ketika dia tidak sengaja mengetwit acara TV Bravo atas nama klien (waktu itu dia bekerja sebagai manajer media sosial). Ketika dia melihat bos menatapnya, dia pun panik dan memesan minuman lebih banyak lagi. Sungguh sebuah cara yang akan membuat kepercayaan bos menghilang.

"Alasan pindah kerja"

Alasan yang dapat diterima untuk meninggalkan pekerjaan Anda sebelumnya untuk pekerjaan Anda saat ini bisa jadi, relokasi, alih profesi, dorongan untuk mencari tantangan atau minat dalam budaya perusahaan yang berbeda. Satu hal yang bukan merupakan alasan yang cukup, dan jika diucapkan bisa menyebabkan sejumlah masalah serius pada hubungan atasan-bawahan terhadap Anda? Bahwa Anda sedang mencari sesuatu yang "tidak menyibukkan, kurang menantang, dan lebih mudah."

Itu adalah kutipan langsung dari seorang gadis yang bekerja dengan saya yang tampaknya tidak terkejut ketika manajernya terlihat jengkel. Maksudku, gadis ini membantu untuk membangun perusahaan dari bawah dan seorang pegawai baru mengatakan kepada dirinya bahwa pada dasarnya dia turun jabatan dengan bekerja di sini karena dia butuh istirahat dari keramaian dan hiruk-pikuk sebuah perusahaan yang lebih keras? Meskipun itu benar, itu seperti dia seperti menampar sang pemilik perusahaan di wajah!

"Saya butuh kenaikan gaji."
Dalam negosiasi gaji, jangan pernah memasukkan topik tentang apa yang kamu butuhkan misalnya karena meningkatnya harga-harga sebagai dampak kenaikan harga BBM.

Atasanmu tidak peduli dengan masalah keuanganmu. Meski demikian, pihak manajemen perusahaan mungkin akan memberikan reward atas kesuksesan dan prestasi kepada para karyawan yang berkinerja baik.

Perlu kamu ingat, permintaan kenaikan gaji harus selalu didukung bukti pencapaianmu selama bekerja di perusahaan. Kamu bisa juga membandingkan prestasimu dengan standar pencapaian yang diraih orang-orang di levelmu.

"Itu tidak mungkin."
Selalu berbicara dengan atasanmu dalam konteks apa saja yang bisa dilakukan. Misalnya, daripada mengatakan, "Kita tidak bisa menyelesaikan proyek ini pada hari Jumat," katakanlah, "Kami pasti bisa menyelesaikan proyek ini pada hari Senin. Atau jika kita mendapat bantuan dari freelance  kita bisa memenuhi deadline hari Jumat."

Ketika berbicara dengan atasan, berpikirlah dalam kerangka solusi, bukan memfokuskan pembicaraan pada masalah.

"Saya tidak tahan bekerja dengan ____."
Mengeluh tentang kepribadian seorang rekan kerja biasanya mencerminkan bahwa kamu lebih buruk dari pada rekan kerjamu itu. Jangan membuat konflik jenis ini dengan bosmu.

Tentu saja, manajemen tertarik pada masalah yang membahayakan fungsi perusahaan. Jika kamu harus berbicara dengan HRD tentang masalah seperti perilaku rekan kerja yang mengancam, ilegal atau tidak etis, jagalah nada bicaramu dalam konteks profesional dan fokus pada pekerjaan. Jauhkan semua prasangka pribadi.

"Saya ada acara hingga larut malam, dan kurang tidur."
Semangati dirimu. Tutupi kantung matamu dengan concealer tambahan, dan minumlah kopi sebagai 'dopping'. Jagalah batasan untuk berbagi cerita pribadi dengan atasanmu meski hubunganmu dengannya cukup personal. Menjaga hubungan tetap pada konteks profesionalisme akan memudahkan bosmu membahas kesempatan promosi untukmu.

"Tapi saya mengirim email tentang itu minggu lalu."
Mengingatkan atasanmu tentang suatu masalah melalui email tidak lantas membebaskanmu dari semua tanggung jawab. Para atasan membenci sikap "keluar dari pikiran dan tanggung jawab saya". Tetaplah awasi dan bertanggung jawab atas semua masalah penting di bawah job deskmu sampai kamu mendengar pihak manajemen berkata, "Anda tidak perlu khawatir tentang itu lagi."

"Ini bukan salahku."
Apakah kamu seorang anak cengeng atau pekerja profesional? Bertanggungjawablah untuk mengambil langkah perbaikan, bahkan pada masalah yang sekiranya tidak kamu ciptakan.

Dan jika kamu disalahkan atas masalah yang tidak kamu ciptakan tadi, berkata "Apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya?" jauh lebih efektif daripada mengatakan "Ini bukan salahku."

"Saya tidak tahu."
Jika sang bos memintamu menjawab pertanyaan yang tidak dapat kamu jawab, respons yang benar adalah bukan "Saya tidak tahu," tetapi, "Saya akan segera mencari tahu."

"Tapi kami selalu melakukannya dengan cara ini."
Bosmu mungkin baru saja bergabung dengan perusahaan dan ingin menampilkan cara-cara terbaiknya untuk maju. Bos ini mungkin memperkenalkan langkah-langkah baru yang tidak sesuai dengan 'tradisi' perusahaan. Jangan langsung 'membunuh' ide yang dia sampaikan dalam rapat bujeting. Terbukalah terhadap ide-ide baru dan sampaikan gagasanmu secara anggun.

"Biarkan saya mengenalkan Anda dengan ..."
Hindari dorongan untuk bermain mak comblang dengan bosmu yang masih lajang. Potensi risiko jauh melampaui manfaat potensial.

Di tempat kerja modern, struktur hierarki sering kurang kaku, dan seorang bos akan sering berakhir dalam situasi semi-sosial dengan para pekerja mereka. Karyawan cerdas akan menarik garis antara sesuatu yang perlu disimpan sendiri dengan yang perlu dibagi dengan atasan.
Garis ini juga yang perlu menjadi pertimbangan ketika akan mengundang sang bos sebagai teman di Facebook atau menjadi follower akun twitternya.

sumber : yahoo n google